PERJALANAN DIATAS KAPAL
Oleh Vianbonie
Kapal yang berlayar di tengah lautan
Menjauh dan terus menjauh terombang ambing ganasnya ombak
Bukan tak bisa menepi
Tapi karena tak punya kemudi
Kita berdesakan dalam kapal yang terlalu sempit, terlalu sempit
Untuk meloncat tak bisa lagi
Karena perjalanan harus dilanjutkan
Sanggupkah?
Hanya riak dan gelombang yang mengantarkan kita
Ke tempat tujuan yang berbeda
Sementara camar hitam terbang rendah sembari berceloteh
“Hai teman, menyenangkankah perjalananmu?”
“Indahkah kehidupanmu?”
dan dia melesat terbang ke manapun
Hinggap dimanapun, melakukan apapun, apapun
Kita hanya bisa manatap kepergiannya
Mencemburui kebebasannya karena sayap itu selalu menemaninya
Bagaimana dengan sayap kita?
Mungkin sayap kita telah patah
Ataukah kita tak pernah memilikinya
Lalu siapakah teman kita?
Teman setia kita adalah keraguan, ketidakpastian dan keputusasaan
17 Maret 03
BERSEPEDA
Oleh Vianbonie
Sesekali diberikannya semangat padaku
Sesekali berteriak dan bertepuk tangan memuji
Suatu saat bersedekap
Dilain waktu berkacak pinggang
“Ayo berdiri, kayuh sepedamu!”
“Jatuh itu suatu hal yang biasa”
“Jangan berputus asa
kau bisa melakukannya!”
Bermacam kata manis terdengar
Semangat dan putus asa bagai saudara kembar
Kucoba lagi dan oh… terjatuh dan jatuh lagi
Sakit, ada yang lebih sakit
Menengadah,
Kulihat wajah-wajah menyeringai, kasihan, mengejek dan sayang
Tiba-tiba mereka semua bertopeng
Tiba-tiba jalan yang lurus tadi terbagi dua
Penuh harap kupandangi wajah-wajah bertopeng
Mereka seperti telah lama tertidur
Rasa lelah menyergap
Setengah mengantuk kuraih sepedaku dan kukayuh kencang
Entah jalan mana yang kupilih
Aku sudah terlalu letih
6 April 03
RINDU
Oleh Vianbonie
Ketiadaan tak mampu mengubah
Imajiku akanmu
Kegelapan tak bisa merubah
Pandanganku padamu
Kau berkata “ Jadilah air dalam kehidupan”
Ku bilang “Aku tak paham”
Senyum bijakmu membuatku mafhum
Kau berkata “Kehidupan adalah Kegagalan”
Ku bilang “Aku tak mengerti”
Kerut di dahimu sebuah jawaban
Kematian Kehidupan!
Akh…
7 Mei 02
BAJU DAN APEL
Oleh Vianbonie
“Baju ini pas buatku”
Si ini bilang, “Kalau kupakai akan kebesaran”
Si itu bilang, “kalau kupakai mungkin kekecilan”
Lalu aku bertanya, “Apa warna apel?”
Si ini menyahut, “Merah”
Si itu menyahut, “ Hitam”
Ketanggalkan bajuku dan kumakan apelku
5 Maret 02
SEBUAH PERAN
Oleh Vianbonie
Kaki kecil itu mulai mengenal bau tanah
Dia belajar mengenal “Aku”
Hanya sedikit tahu tentang “Dia”
Apalagi “Mereka”
Siang dan malam mengajarinya
merasakan manis dan pahit sesuatu
Matanya mengucapkan warna
yang menurut matanya berwarna hitam atau biru
Kesenyapan dunia menulikan telinganya
Jalanan yang berkelok melumpuhkan kaki
Selintas bayangan berkelebat cepat
Ketika menoleh ternyata bayangannya sendiri
Memandang warna-warni pelangi membutakan matanya
Hatinya lebih jelas melihat semua, semua
Kesadarannya seperti baru bangun dari tidur panjangnya
Dihelanya nafas satu-satu
Saat melihat realita
Paradoks memainkan peran utama
Akankah dia bermain sebagai Sisifus
atau mungkin Creon?
17 Juni 03
PENGAKUAN NAIF
Oleh Vianbonie
Menari-nari di kelopak mata
Terpatri namun tak tersentuh
Pegakuan naïf semata
Akh …
Terbangun dari mimpi sepanjang hidup
Berhadapan dengan tembok yang angkuh
Cukup membuat luluh
Sementara lentera tlah redup
Waktu tak mampu mengubah segalanya
Karena waktu tertinggal jauh
Sehingga mimpi berlayar di samudra
Menggapai asa tak terlupa
9 Desember 03
UNTUK SAUDARA-SAUDARAKU
Oleh Vianbonie
Wahai Engkau yang Maha Segalanya
Aku menuduk dalam pasrahku
Engkau sedekat urat nadiku
Ada dalam tiap hembusan nafasku
Ingin rasanya bersunyi kalbu
Bercakap dan berkeluh kesah dengan-Mu
Memanggil nama-nama Agung-Mu
Suara riuh rendah sayup-sayup mengusikku
Aku tertarik mendekatinya
Agak ragu kupandangi sekelilingku
Meski akhirnya kubergabung dengan mereka
Keramaian ini takkan pernah putus barang sedetikpun
Kupasang telinga tuk dengarkan percakapan
Satu dua kali aku menyahut pelan
Sebelum akhirnya dari mulutku keluar bentakan
Terperangah aku mendengar suaraku sendiri
Aku semakin heran ketika mereka menyalamiku
Rasanya bumi ini tak sanggup menahan pijakan kakiku
Aku tersenyum bangga tanpa henti
Seperti Narodo tegak kuberjalan
Oops… aduh!... terperosok kakiku
“Hei saudara, tolong aku!”
Mereka hanya memandangku dan berlalu
Tak sabar aku berteriak sekeras-kerasnya
Tak seorangpun saudaraku itu mendengarku
Lalu suaraku perlahan melemah tanpa daya
Tanganku menahan tubuhku dan meraih tanah diatasku
Nuraniku berbisik “Tanah adalah sahabat setiamu”
9 Desember 2004
LANGIT MENDUNG BULAN DESEMBER
Oleh Vianbonie
Sekelompok anak kecil berlari-lari dan tertawa riang di pinggir jalan
Mata kecil yang berbinar penuh harapan
Menyambut hari ini hari esok dan hari depan
Dengan senyum lepas dan penuh kepastian
Terhuyung dan terjatuh mereka terhenti berlari
Tawa yang berubah jerit ketakutan mengiringi
Datangnya tamu tak diundang mengunjungi Serambi
Menyambangi setiap jengkal tanah yang dilewati
Serambi runtuh
Harapan jatuh
Serambi luluh
Mimpi jauh
Lihatlah mata kecil yang nanar itu
Perlahan meredup dan tertutup
Genggaman erat tangan itupun
Melemah dan terjatuh
Kupetik satu helai daun dari pohon tumbang
Tak kan bisa bertahan karena tercerabut sudah akarnya
Kuamati dan lekas kubuang
Ada sisa lumpur dan embun diatasnya
Titik embun bulan Desember ini memberi arti
Bahwa kehidupan terus berjalan dan tak tahu kapan berhenti
Angin lembut pagi ini memberi janji
Gapailah asamu dan jangan pernah mati
29 Desember 2004
SKETSA
Oleh Vianbonie
Kuas itu tampak menari-nari diatas kanvas
Ada garis lengkung, tegak dan lurus
Tergores bentuk bulat telur untuk kepala
Kotak mengecil ke bawah untuk dada
Biru lautan dibelakangnya tampak menghampar
Dengan awan mendung berarak diangkasa
Camar-camar hitam berkelebat silang menyambar
Sesekali sayub terdengar sayap yang memekik menghampa
Sekilas tampak jelas sketsanya
Pasti seorang pria
Kaki terbuka dengan kepala menatap lurus ke depan
Dan tangan bebas bergelantungan disampingnya
Awan kebiruan mulai menghitam
Saling berdesakan memayungi lautan
Makin menghitam dan bertambah hitam
Hingga laut gelap
Kuas bergerak mewarnai sketsa pria
Celana hitam kemeja biru
Terkesan jantan menggelora
Menikam jantung membakar aura
Sukar dikenali bentuk wajahnya
Polos tak berasa
Memperkirakan letak mata dan menatapnya
Kosong, lalu terdiam tergugu dan tersadar adanya tiada
13 April 2005
KEARIFAN PENCURI
Oleh Vianbonie
Sstt… Jangan bilang siapa-siapa
Aku mencuri mangga tetangga
Hei…. Jangan bilang pada ayahmu
Aku mengambil selop kesayangannya
Pagi inipun aku nggabrul tempe dan rambak di warung mbak Parti
Siangnya aku pinjam HP orang di Mall tanpa permisi
Sore ini aku kongkow-kongkow di halte sambil malaki
Malamnya aku berencana menggadaikan perhiasannya Bu Karti
Hidupku serasa enak sekali
Pagi bangun terus gratis makan
Siang nongkrong lalu main jadi preman
Malam hari duit tidak sulit di cari
Tapi di pagi berembun ini
Alamaaak ……………………
Aku gak bisa melek habis minum oplosan sendiri
Grubyak ……………………..
Pintu rumahku digedor keras sekali
Tergagap-gagap aku ketika tangan-tangan kekar mencengkeram lengan kurusku
Tanpa ba bi bu dibawanya aku ke dalam mobil patroli
Kukerjap-kerjapkan mataku berkali-kali
Kulihat tiga orang berseragam polisi
Mati aku! Makiku dalam hati
“Pak, kenapa saya ditangkap?”
“Kamu suka mencuri dan meresahkan warga”
“Tapi saya kan cuma pencuri kelas teri”
“Simpan pembelaanmu di pengadilan nanti”
“Apa nanti saya dipenjara pak?”
“Itu tergantung keputusan hakim nanti”
“Kalau satu penjara dengan koruptor kelas kakap saya tidak keberatan pak”
“Kamu pikir gampang menangkap koruptor di sini?”
“Lha bapak bisa nangkap saya, apa sulitnya nangkap mereka?”
“Saya bisa belajar banyak hal dari mereka pak”
“Ah sudah… banyak bicara”
“Lebih baik berdoa semoga hukumanku ringan”
“Saya tidak mau berdoa pak”
“Lho, kenapa?”
“Saya ingin dipenjara dengan hukuman yang lama”
“Saya tidak mengerti”
“Kalau saya dipenjara berarti saya bebas dari bayar kontrakan
tidak perlu susah-susah mencuri buat makan”
“Ssst … saya beritahu pak”
“Sudah lama saya mendambakan penjara
tidur dan gratis makannya
makanya saya mencuri dan mencuri terus
Cuma yang saya heran
Sudah 18 tahun saya hidup dari mencuri
Kok baru hari ini ditangkap”
“Ha?”
14 Oktober 2007
29 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar